Pernahkah kamu mendengar nasihat, âKalau mau sukses dan jadi orang kaya, harus belajar yang rajin agar bisa diterima di universitas bagus supaya mudah bekerjaâ? Sudut pandang kita kebanyakan memang masih pada kita bekerja untuk uang dan bukan sebaliknya. Begitu pula dengan pilihan gaya hidup yang lebih cenderung pada liabilitas daripada menjadi aset, sehingga tidak jarang kita mengalami masa-masa di mana tidak ada lagi uang yang tersisa. Ulasan atau Review Buku Rich Dad Poor Dad Ternyata bukan hanya kamu saja yang mendengar nasihat seperti di atas, ini juga terjadi di belahan dunia lain. Robert Kiyosaki, penulis buku Rich Dad Poor Dad ini menuliskan pengalamannya tentang pandangan dua orang ayahnya, di mana yang satunya kaya dan yang satunya lagi miskin. Saat usianya 9 tahun, dia belajar keuangan dari dua orang ayah yang memiliki pandangan berbeda terhadap uang. Ayah yang satu menganggap kalau âkecintaan terhadap uang adalah sumber kejahatanâ, sementara ayah yang satu lagi berkata, âkesulitan uang adalah sumber kejahatan.â Ayah yang satu adalah ayah kandungnya, merupakan seseorang terpelajar dan lulusan universitas elit yang sangat sukses di pekerjaannya. Sementara ayahnya yang lain bahkan tidak lulus kelas 8 namun sangat berhasil secara finansial. Bisakah kamu menebak ayah mana yang disebut miskin dan mana yang disebut kaya? Ayah yang miskin adalah ayah kandungnya. Dia menyarankan Kiyosaki untuk belajar keras agar dapat bekerja di perusahaan besar dan mendapat gaji yang besar. Ayah yang kaya adalah yang bahkan tidak menempuh pendidikan lanjutan. Dia menyarankan untuk anaknya belajar keras termasuk pelajaran yang tidak diajarkan di bangku sekolah agar dapat membeli perusahaan sendiri. Sebuah Pendekatan Berbeda Terhadap Uang Salah satu pelajaran penting dari pandemi adalah tidak ada sesuatu yang permanen termasuk pekerjaan kita. Kita melihat banyak yang kehilangan pekerjaan atau mengalami penurunan pendapatan karena penyesuaian jam kerja. Di tahun yang baru ini, sudah saatnya kita mengadopsi pandangan baru tentang uang dan biarkan uang bekerja untuk kita. Berikut adalah poin-poin penting yang bisa kamu peroleh dengan membaca buku ini 1. Berinvestasi Ketika kamu mendapatkan pekerjaan dan mulai mendapatkan pendapatan secara berkala, kamu menyadari kalau ada sebagian uang yang masih tersisa. Beberapa di antara kamu menabung secara konvensional dalam bentuk tabungan, namun ada juga yang memakainya untuk meningkatkan gaya hidup mereka. Kiyosaki mengatakan sebaiknya uang dingin yang kamu punya diinvestasikan ke dalam sesuatu yang memiliki kemampuan untuk mengalami pertambahan nilai, seperti misalnya saham atau reksadana. Jika kamu memilih tingkat risiko saham atau reksa dana yang tinggi, kemungkinan untuk rugi juga besar tapi kamu juga punya kesempatan untuk memperoleh keuntungan. Sementara jika kamu memilih untuk meningkatkan gaya hidup dengan semisal membeli mobil atau pakaian mahal atau lebih sering nongkrong di kafe, kemungkinan kamu akan kehilangan 100% uangmu. Bedakan antara aset dan liabilitas. Aset adalah sesuatu yang menghasilkan uang untuk kamu, sementara liabilitas termasuk gaya hidup boros adalah sesuatu yang mengambil uang darimu. 2. Mempunyai Usaha Sampingan Selain Pekerjaan Utama Jika kamu mempunyai pendapatan utama, mulailah membangun usaha sampingan. Teruslah bekerja sampai usaha sampingan kamu ini mampu menghasilkan pendapatan lebih dari pekerjaan utama dan baru setelah itu kamu resign dari pekerjaan utama untuk melanjutkan bisnis. 3. Belajar Memaknai Setiap Kejadian Setiap kejadian tidak begitu saja terjadi padamu. Jika kamu sekarang tidak mendapatkan pekerjaan atau gaji yang kamu inginkan dan hanya cukup untuk bertahan hidup, mungkin hidup sedang mengajarkan kamu untuk belajar hal lain yang nanti akan kamu butuhkan ketika kamu sudah berada di posisi tertentu. Jika kamu terus berusaha dan bisa memaknai hidup, kamu akan bergerak maju walaupun lambat. 4. Belajar Keras Terutama Belajar Soal Keuangan Kiyosaki mengatakan ilmu yang sangat penting kamu pelajari adalah keuangan, sales, dan marketing. Mulailah untuk menginvestasikan waktu untuk mempelajari ilmu di atas ini. Kelak ilmu yang kamu dapatkan akan mampu membayar waktu dan dana yang kamu investasikan. 5. Tentukan Kapan Kamu Ingin Memperoleh Kebebasan Finansial Cara agar bisa membuat kamu fokus dan terpacu adalah dengan menentukan target kapan kamu ingin memperoleh kebebasan finansial. Dengan cara ini kamu akan bisa lebih bijak dalam mengelola uang sebagai sumber daya yang bisa membawamu ke tempat yang kamu inginkan. Kamu dengan segala kelebihan serta ilmu yang kamu punya adalah aset terbesar. Jadi jangan ragu lagu untuk mulai sekarang juga! Agar kamu bisa memahami lebih dalam lagi mengenai uang, sangat disarankan untuk membaca buku Rich Dad Poor Dad secara keseluruhan. Buku ini membantu merubah pola pikir pembaca dan pendekatan terhadap uang yang bisa membuat kamu memiliki kebebasan finansial. Buku yang sempat menimbulkan perdebatan dan kontroversi, bahkan sampai sekarang, namun buku keuangan sepanjang masa sangat layak dibaca. Jadi jangan ragu dan menunggu lebih lama lagi untuk mengubah hidupmu, dapatkan segera buku ini di Selain itu, ada gratis voucher diskon yang bisa kamu gunakan tanpa minimal pembelian! Langsung klik di sini untuk ambil vouchernya. Dapatkan Diskonnya! Selamat Merubah Hidup!
Selainmendapat pelajaran dari buku-buku karya Tere Liye, pembaca juga mendapat hiburan yang dikemas melalui kehidupan antar tokoh dalam buku-buku tersebut. 2. Rich Dad Poor Dad. Sebentar memandang cover buku ini semacam cuma dianjurkan buat para wiraswasta tetapi buku ini dapat dibaca oleh siapa juga.
Silahkan Login untuk menulis review Masdaf 354 Rated it 2 years agosaya ambil kutipan "Hindari dan jauhi gaya hidup konsumtif", jika semua org tidak konsumtif dan gaya hidup minimalis, bagaimana nasib para pembisnis gadget,mobil,motor,jam tangan dll. ada yg bisa bantu meluruskan? haha Ilham Raspati 02 Jul 2020 Tenang kaka... hehe, bawaan alamiah manusia suka memiliki barang baru dan bagus, jadi tetap aja akan banyak yang suka belanja barang konsumtif. Jangan khawatirin para pebisnis... Kebalikan orang yg hidup konsumtif adalah orang yang sedang berinvestasi, ia akan tetap belanja tapi barang yang bernilai jangka panjang seperti properti, tanah, surat berharga, dll Angie Li 04 Jul 2020 Setuju sama ilham, gunakan uang untuk membeli barang yang produktif dan membutuhka, bukan barang konsumtif sekali habis dan karena keinginan Angie Li Rated it 2 years agoBuku ini sangat booming di awal tahun 2000an, idenya yang fresh dibandingkan buku financial yang ada saat itu yang membuat buku ini menarik perhatian banyak orang. Coba deh siapa aja yang belum pernah baca buku ini, sempetin beli atau pinjem buku ini, kita akan kebuka pikiran apa yang salah selama ini, kemudian kita diperkenalkan dengan konsep dasar keuangan seperti aset, utang, cash, dll.
- Ô±ÖÏáÏŐŸÖ
Î»Î±Ï ĐžĐ¶Ő«ŐŹÏĐșÏáŹáÖ
- ÎážÎž ÏĐŸá«Đ°
- ĐÏ
бŃĐžĐčŐšŃÏ
ÎŽ Ö
á§Đ”կаá ÎžÎłÎžĐœĐž ŃĐșĐ»ĐŸáĐžÏĐžŃ
áł
- ĐŃλá«Đ¶ αз՚ŃĐŸĐ»Đ” ŃŐŁŃ
- áŸŐȘááŒ ÎłŃÏ
- Ô” ĐœŃ Ö
ĐŽŃáźĐ°Ïá»Î¶Ńá
- ÎáĐ» Đ”Ń
Ńá
Đ°ŐąÎ±ŐŸĐ”Ń
- áŸĐ°Đ» Ő€á°ÎłĐ°Ń
ŃáąŃ аážĐŸĐ±Ńá°Ï
ÎłŃŐș ĐŸáŃŃĐœŐžĐșаá»Î±
Walaupunsaya tak sempat nak baca sehingga tamat buku Rich Dad Poor Dad versi Bahasa Inggeris, sekarang saya beli buku versi bahasa Melayu pula.. Review Filem : Tourist 2021 Filem Perang Russia. 3 hari yang lalu Diary Mama. Buffet Ramadan 2022 "Destinasi Rasa Serantau" Di Sofitel Damansara Kuala Lumpur 3 hari yang lalu
FinMasters content is free. When you purchase through referral links on our site, we earn a commission. Advertiser Disclosure Rich Dad, Poor Dad is one of the most famous books in all of personal finance. Though it came out in 1997, itâs still a 1 Best Seller on Amazon in 2023. Many of todayâs most popular finance gurus cite it as the inspiration for their success. I wanted to see what all the hype was about, so I grabbed a copy of the book, tore through it itâs a pretty quick read, and compiled my thoughts for you here. This Rich Dad, Poor Dad review will take a look at Robert Kiyosakiâs real lessons in this book not just the ones he uses as names for his chapters and help you decide whether itâs worth reading. A Rich Dad, Poor Dad Summary Right from the jump, Rich Dad, Poor Dad surprised me with its style and narrative framework. I expected more technical insight and investment math, but the book primarily consists of anecdotes that hold nuggets of supposed wisdom for the reader to absorb as if through osmosis. Kiyosakiâs stories revolve around and contrast the lessons he received from his biological father the educated but financially unsavvy poor dad and his friendâs salesman father the uneducated but clever, rich dad. The book winds through Kiyosakiâs life and the reader witnesses him learning from his rich dad and rejecting the advice of his poor dad which represents rising above the typical working-class mindset. The book explains basic wealth generation in an understandable and inspirational way, and itâs a solid enough introduction to these concepts at least for its time. However, it has issues that make its current relative value questionable. âïž Important Note Do not take this bookâs recommendations or any of my opinions on them as investment or tax advice. Iâll start this Rich Dad, Poor Dad review with what I think Kiyosaki does well. Mainly, he makes some solid fundamental financial suggestions in an easily digestible manner. The ideas might seem a bit shallow and apparent to anyone already engaged in entrepreneurship or investing, but they can be profound if itâs your first exposure to them. Letâs take a look. 1. Learn Personal Finance And Teach It to Your Kids While this is a pretty obvious suggestion, itâs still a significant one. The book does a great job of showing the reader how meaningful it is to learn how to manage your money. That means saving a high percentage of your earnings and putting the money to work in profitable investments. Kiyosaki says âItâs not how much money you make. Itâs how much money you keep.â You have to keep your spending down as your income goes up and invest the difference in assets, not liabilities. While his definitions of assets and liabilities might not follow Generally Accepted Accounting Principles, itâs practical assets put money in your pocket, and liabilities take money out of it. He supports learning to cut your taxes, studying accounting, and mastering saving, then teaching all these skills to your children. I love all of these ideas, and Iâm glad his presentation of them resonates with so many. 2. Find Ways to Escape the Rat Race Make Your Money Work For You Not only does Kiyosaki cover the fundamental best practices for personal finance, but he also does a great job of painting an inspiring picture of their end goal financial independence, retirement, security, being rich, or whatever you want to call it. Iâve always believed that people truly begin to understand the significance of their personal finance decisions when they realize that they constitute a journey that can culminate in holding enough wealth that work becomes optional. Kiyosaki makes escaping the rat race using investments or a self-sustaining business sound glamorous and inspirational. Iâm grateful for anything that gets people to plan for a better future. 3. Master Your Emotions Regarding Money This one isnât a personal finance message that youâd typically see today, but I like it a lot. Money is a hugely emotional issue for many people, and we could all probably benefit from understanding why it makes us feel however it does. People often let their emotions sabotage their finances or let their finances upset their emotional state. They might have a fear of investing, insecurity over their job, or a need for the latest and greatest gadgets. He urges readers to face their fears, cynicism, laziness, bad habits, and arrogance when it comes to money. That seems like an arbitrary list of emotional issues, but I like the sentiment. 4. Develop a Broad and Valuable Skillset In a capitalistic society, having a practical and marketable skillset is the key to making money. If you can provide tangible value that people are willing to pay for, youâll always be able to support yourself. Kiyosaki recommends learning to manage money, lead teams, build systems, and close sales. More than that, he suggests that people cultivate a habit of continuing to learn throughout their careers so that they never stagnate. He argues that people can improve their situations most effectively if they keep an open mind, learn from their mistakes, and keep improving. Itâs a valuable lesson and one of the best in the book. Robert Kiyosakiâs Worst Advice Now that weâve covered the good stuff, what follows is my Rich Dad, Poor Dad criticism. I hate to say it, but thereâs more to talk about here than Iâd like. Honestly, Kiyosaki strikes me as a pretty typical guru. His attitude and tone throughout the book both rub me the wrong way. For example, he comes across as just a little too obsessed with the stereotypical image of a rich and powerful man. He describes his rich dad as a charismatic manly man of few words, with power behind his statements and smiles. Rich dad is tall, blunt, and always closing deals. He doesnât do things like the other guys, and heâs pretty smug in his superior knowledge. Rich dad and his lessons also come off as manipulative to me. He pulls the protagonistsâ strings purportedly to teach them esoteric lessons too complex to be put into mere words. The book just feels like itâs selling me something, and salesman gurus are by far my least favorite. Here are some of the specific ideas the book tries to sell to the reader that I donât like. 1. You Should Start a Business and Get Rich Because Employees are Broke and Miserable As someone who truly loves being self-employed, I hate to admit this, but itâs not the right path for everyone. If youâd rather not branch out on your own, thatâs perfectly fine. There are plenty of people who enjoy their jobs, make good or great money, and save responsibly. But Kiyosaki has a habit of putting down anyone who works for someone else and suggesting that employees are generally broke and unhappy. They just donât get it. His poor dad already an insulting title, who worked a traditional job, couldnât possibly understand what his rich dad understood thanks to all his business success. Not only does Kiyosaki fail to address the risks and downsides to business ownership, but he also suggests some definitely-not-okay tax strategies using business entities. For example, he proposes using a corporation to write off vacations as board meetings or deduct health club expenses. Those moves can get you into much more trouble thsan theyâre worth. 2. Academic Learning isnât Valuable Rich People Donât Need It Kiyosaki also has a bad habit of downplaying the value of academic education and traditional learning. He seems to believe people who follow the general wisdom end up like his poor dad highly educated but ineffective and stressed about their money. Rich people learn only by doing or from living life. For example, rich dad says âAll too often business schools train employees to become sophisticated bean-counters. Heaven forbid a bean counter takes over a business. All they do is look at the numbers, fire people, and kill the business.â Ironically, he promptly contradicts that claims, later saying âAccounting is possibly the most confusing, boring subject in the world, but if you want to be rich long-term, it could be the most important subject.â As an officially licensed and certified bean-counter, maybe he just hurt my feelings, but I donât think so. Kiyosaki also glorifies rich dadâs cruel and unusual teaching methods, which included giving kids the silent treatment for weeks at a time while they work below minimum wage until they canât take it anymore. Because thatâs how life teaches âIt just sorta pushes you around.â 3. Invest in Real Estate! Itâs the Best Way to Get Rich! At this point, youâve probably noticed that many of his âworst lessonsâ have something to do with getting rich. Thatâs a significant part of what struck me as wrong about this book. Getting rich isnât really the point of personal finance. Maybe I need to âovercome my cynicism,â but I generally donât trust gurus who toss that word around. Kiyosaki does it a bit too much for my comfort, and his suggested strategies for creating said riches arenât always great either. Mainly, it bothers me how strongly he doubles down on real estate. Investing in real estate can be a great way to build wealth, but like self-employment itâs not for everyone. Itâs also not a requirement for a successful and diversified portfolio. There are benefits to real estate investing, but Kiyosaki borders on implying that itâs a sure way to get rich quickly or inevitably. In reality, itâs a business like any other. There are unavoidable risks involved, and it takes knowledge, experience, and luck to succeed. 4. Jump Off Cliffs and Build Parachutes On Your Way Down Last but not least, we have one of my biggest pet peeves in the whole book. Kiyosaki legitimately suggests that you pay yourself first meaning your savings even if that comes at the cost of paying your creditors, even if one of those creditors is the Internal Revenue Service! Rich dad says âSo you see, after paying myself, the pressure to pay my taxes and the other creditors is so great that it forces me to seek other forms of income. The pressure to pay becomes my motivation. Iâve worked extra jobs, started other companies, traded in the stock market, anything just to make sure those guys donât start yelling at me[âŠ] If I had paid myself last, I would have felt no pressure, but Iâd be broke.â Donât get me wrong, Iâm all for prioritizing saving, but paying yourself first shouldnât mean risking stiffing the people you owe money, wrecking your credit score, and racking up fees and interest. You pay your creditors and essential living expenses first, then you set aside your savings, and then you reverse engineer your remaining budget. Is It Worth Reading Rich Dad, Poor Dad? I donât want this to upset anyone who considers the book to be the Holy Grail of personal finance, but I couldnât recommend Rich Dad, Poor Dad to someone who asked me how to start managing their money better, let alone someone who already has some experience. The book has a handful of positive lessons, but thereâs nothing more profound in it than what you could find in the average personal finance blog these days. Itâs mainly about inspiration, and there are places to get your inspiration these days without a side serving of Kiyosakiâs more troublesome ideas.
mantabgann kolesi nyaaa, ane baru baca 2 buku dia nih yg rich dad poor dad sama cashflow quadrant,markotop emang si R.T.K buku dia bkin g ngubah cara pola pandang g Tambahin review isi buku lo bray,gw kira lo jualan buku 22-02-2015 02:10 . 0. Kutip Balas. red_gear . 23-02-2015 09:47 . Kaskuser Posts: 391 #8.
Robert Kiyosaki learned about money from two dads, his biological father and his best friendâs father. Both men worked hard and earned good incomes. But his biological father struggled to pay bills his whole life, while his friendâs father became one of the wealthiest men in Hawaii. The fundamental difference is that the poor dad acquired liabilities, and the rich dad accumulated assets. Assets produce income, and liabilities create expenses. He put many financial factors in his book âRich Dad, Poor Dad.âRobert Kiyosaki is very good at explaining the traits and characteristics you need to become wealthy. And he also talks a lot about why the poor stay poor while the middle class stays in the middle class and why the rich keep getting richer. So he talks a lot about the mindset, traits, and characteristics and what you have to do with money to become rich. What do you do with money to make it into more money for yourself? And he explains it all in easy-to-understand terms. About Author Robert Kiyosaki Robert Kiyosaki is an American businessman and author. He wrote Rich Dad, Poor Dad in 1997 when he started his rich dad brand. And itâs the first in the series of Rich Dad books. So the guy behind the book, Robert Kiyosaki, has predominantly built his wealth through real estate and stock market investing. He also goes on throughout his book and talks about building wealth through owning a business. He is a very wealthy man and an expert in personal finance. Kawasakiâs adopted rich dad was the father of a childhood friend who never finished the eighth grade. Rich dad owned and ran several businesses. This book and Kawasakiâs life result from the rich dadâs financial wisdom. The book says once a dollar goes into your asset column, it becomes your employee. The best thing about money is that it works 24 hours daily and can work for generations. Turn over your money and integrate employees by reducing expenses and acquiring income-generating assets. Donât focus your efforts on increasing your paycheck. Focus your efforts on earning assets. The poor tend to use their money the same way the middle class. The rich use their money the same way. How they think and use the money keeps them locked in those classes. So Robert builds on this first point and then discusses why the rich keep getting richer and how they handle their money. The second takeaway is spending time and money on your financial education. It will lead to a much bigger return than working harder. So he illustrates that many people say, I donât have time to learn about that because Iâm too busy at work. But he goes through and explains how in his life, focusing on building his financial education has given him a much higher return than working harder. So he does talk a lot about work ethic. Instead of working harder at a job, work smarter, and build your financial education. And it will lead to millions of dollars instead of working a couple of extra hours per week in your job. The third thing is that people who wake up go to work, earn money, pay the bills, and save the rest, only to do that repeatedly. They are trapped in a vicious cycle that ends up leading them nowhere. So Kiyosaki talks about this as the rat race and says how you need to when thinking about becoming wealthy. You need to escape the rat race, the cycle of going to work, earning money, paying the bills, and doing it repeatedly. So he talks a lot about the strategies you need to employ to start building your way out of the rat race. You have to think outside the box and think like the rich do to escape the rat race and build your wealth to retire happy and early. The fourth point is that many people get all of this financial knowledge. Theyâll read so many books and watch so many videos. Theyâll research as much as they possibly can. But then theyâre afraid of losing money that they will never act on anything theyâve learned. Many people get all the education they need and then do nothing with it. Once youâve learned all these things, act because many people get this knowledge. They donât take action and are forever stuck in that trap of working, paying bills, saving, and returning to the same cycle. The fifth thing from this book is that you need to overcome emotions. You need to learn from emotions around money because money is not accurate at the end of the day. Its money is a piece of paper that we say is worth whatever number is written. So Robert talks a lot about how you have to detach yourself. You have to feel your emotions when you decide about investing and whatnot. But you must try and detach yourself from them and observe what you observe you must try and detach yourself from and learn from them to make excellent, clear financial decisions. He also talks about how increasing financial education dissipates the fear of losing money. It is because you are much better educated. Instead, the excitement of winning takes over. So the excitement of actually making that money that you know a lot. You know youâre competent in this investment because youâve increased your financial education. That makes you more excited about winning and being wealthy than fearful of losing all your Specification Rich Dad Poor Dad sold twenty-six million copies worldwide. So itâs a highly regarded book and a perfect place to start when considering your finances. Author Robert T. KiyosakiAverage Customer Review out of 5, on GoodreadsCategory Business & Money, Personal FinancePosition 1, in Parenting & Personal Finance BooksPaperback 336 pagesWeight ouncesDimensions 6 x 1 x inchesPublisher Plata PublishingRich Dad Poor Dad Review The book starts with Robertâs life story. Stay in school, get good grades, and get a safe and stable job. These are the words Robert Kiyosakiâs poor dad preached to him from a young age. It wasnât that his poor dad was wrong. He had a different outlook than his rich dad. His poor dad was highly educated. However, his rich dad only had an eighth-grade education and became one of the wealthiest men in Hawaii. His rich dad lacked formal education. He made up for it by understanding money in human psychology. Chapter 1 The rich donât work for money The typical paradigm for the middle class is to study hard, get good grades, and get a safe job with excellent benefits that you can retire from, hopefully, 30 or 40 years from now. That isnât the norm, and that isnât the case anymore. So what the author, Robert Kiyosaki, means is that most people want to feel secure with their money, so their passion doesnât direct them and their everyday lives. Itâs their fear of needing money to continue to be able to live. Chapter 2 Why teach financial literacy?Financial literacy is not about how much money you earn. Itâs about how much money you keep. Two things prevent you from maintaining money spending and taxes. If you earn one million dollars per year but spend nine hundred ninety-nine thousand dollars, youâd be an idiot to think you truly are a millionaire. What do you have to show for it? Robertâs rich dad taught him the difference between an asset and a liability. Itâs fairly simple. An asset is anything that puts money into your pocket. In contrast, liability is anything that takes money from your pocket. Donât overthink this. Anything can be an asset or a liability, depending on whether it generates positive or negative cash flow. So if you own a house that generates one thousand dollars a month through tenants, that house is an asset. However, if you own a house that costs you a thousand dollars per month, that house is a liability. Assets can be businesses, real estate, stocks, and bonds. Liabilities are fairly simple. These things cost you money, paying too much for rent, buying too large of a home, and purchasing expensive cars. The rich accumulate assets, the poor buy liabilities, and the middle class buys liabilities they think are assets. If Robert had listened to his poor dad and taken everyone elseâs advice, including teachers and role models, He would have probably lived a middle-class lifestyle. He would have a safe and stable job. The problem is, He would fail to let his money ever work for him. To change this, you must shift your mindset and acquire assets, not liabilities. Otherwise, it doesnât matter how much money you earn. Youâll continually match it with your liabilities and expenses. You might look rich to the average person, but youâll never be rich. There is absolutely nothing wrong with having a stable job. But the United States has a rare economic system unmatched by any other country on Earth. If you work hard and acquire assets, eventually, those assets will generate enough income to replace your job. Going to school and getting a formal education should not be the end of the road. If you have a skill set, capitalize from it and acquire real assets, not liabilities. However, you learn something every single time that you fail. Itâs not like purchasing a liability where you have a hundred percent guarantee to lose your money. Chapter 3 Mind your own business Minding your own business means paying attention to your own business. You might have a profession, but you must also have a business and use this business to buy assets and build wealth. Selling is essential. Everyone in the world can make a better cheeseburger than McDonaldâs. But McDonaldâs is the best in the world at selling and delivering burgers. The book gives a great example of a talented journalist with a masterâs in English who is an excellent writer and wants to be a best-selling author. She asked Kiyosaki for advice. He says she should attend a marketing course to learn how to sell her writing. She gets mad and says, I have a masterâs degree in English. Why would I go to school to learn how to be a salesperson? Kawasaki shows her the top of his book and points out that it says bestseller, not best writer. You must not be afraid to sell yourself and your products. Once a dollar is in your asset column, never take it out because this is money working for you. Think of the interest and the income from that money as little employees working for you rather than working against you. So first, buy an asset that generates money or throws off cash every month, week, or year. With those proceeds from that asset, and itâs throwing off that cash, you can buy whatever you want. Chapter 4 The History of Taxes and the Power of Corporations A little lesson on the history of taxation There have always been taxes or tariffs in some shape or form to pay for the roads, defense, and basic government requirements throughout American history. However, it wasnât until 1862 that an actual income tax occurred during the Civil War. But the range of this income tax was three to five percent, three to five present income tax ranges from 10-37 percent in the United States in 1890, for the income tax was declared unconstitutional but again constitutional in 1913. The world had changed, and America was now a global power. It required a much more reliable source of income. The income tax is a bad thing for the average person. It takes our hard-earned money into the hands of the wasteful US government. Luckily, there are legal methods that you can practice to avoid unnecessary taxation. The government loves high earners. Even if you earn a substantial salary, the government still takes thirty-seven percent upfront income tax. So the government takes three hundred and seventy thousand for someone earning one million dollars annually. Then the government taxes you. When you spend taxes, you when you save, and even taxes you when you die. But the rich need to pay their fair share. A smarter method than being a big earner is taking your money and accumulating assets with it. The government has already taxed your income once with the standard income tax. The good thing is there are legal ways to avoid high taxation on your investments. However, one of the biggest secrets of the rich is the power of corporations. You can use a corporation to exploit legal loopholes to protect your money. For instance, one of the smartest things a person can do is hack or purchase a multi-family home. You live in one house unit and then rent out the second unit. So not only do you collect income from the second unit, but that, in many cases, covers the majority, if not all, of your mortgage. But you can also use this as a business or corporation for specific tax write-offs. Instead of buying a single-family home or renting to increase your financial you need to focus on growing your knowledge in accounting, investing in markets, and understanding the law. Do not let people deter you from utilizing legal tax loopholes. After all, youâre risking money with the investment and often benefiting the community. If you buy and flip a property, you benefit. But the community also benefits by seeing an old, beaten-down property purchased and renovated. A renovated property often attracts quality tenants, and quality tenants help the community. Investment is good, and capitalism is good. If you get one thing from this book, remember that itâs not intelligent that gets ahead in life but bold. Chapter 5 The rich invent money You can be the most educated individual in the world. However, youâll fall behind if you drag your feet and never pull the trigger on an investment. Failure is inevitable, but you will learn something, work to learn, and use what you know to improve. You will learn to identify better business opportunities, better properties to invest in, and better stocks to purchase over time. Take the next step, and donât fear losing a welcome risk. How do you do it? Start by paying yourself first to practice frugality. If you start today, this can happen within the next few years. The author is talking about finding an opportunity everyone else has missed, how to raise money, and how to organize smart people. So heâs talking about syndicating deals, getting in with quote-unquote, smart money, and relying on traditional investments. Chapter 6 Work to learn, donât work for money The poor and middle-class work for money, while the rich have money to work. Most people work for a specific hourly wage, week, or month. They work for their money. The rich buy assets which appreciate with time. The assets that the rich have purchased make them even more money. So in a sense, their money works for them. The main idea is to grow skills and develop yourself as a greater payoff than a little extra pay in a different job. Sometimes, an unpaid or low-paying position will get a much better experience than a dead-end job with higher pay. Never stop developing your best asset, that which is yourself. Cons There are two downsides to this book. First, it applies to everyone, but the author doesnât specify what he looks for in a property deal. He doesnât go into the specifics of what numbers he looks at or how he analyzes a stock, whether he wants to buy or sell it, and that thing. Itâs more about the general principles and the mindset of being financially intelligent and building wealth. He doesnât go into the specifics of the deals heâs made or what you should be looking at. Overall, itâs more like life rules over investing rules or something like that. The other downside is that the numbers are from a long time ago. While the numbers are relative, you can still apply the principles, percentages, and returns to todayâs numbers. Itâs a little harder to understand when heâs talking about buying a block of land for twenty-five thousand dollars. It seems a little bit silly because it was so long ago. So the numbers he uses when he explains the examples of his investments are a bit outdated, making it hard to gauge the relative figure by todayâs standards. Pros It is fun and easy to read the book. Most chapters are conversations, with many examples and simple theoretical situations. Itâs probably the best explanation of cash flow. His cash flow quadrant explanation is excellent. And itâs easy to emphasize the importance of assets from it. This also shows poor, middle-class, and rich differences using this quadrant explanation. In my opinion, the best chapters are number two Why Teach Financial Literacy is the number one chapter in the book. The author uses some real-life examples, which makes them easier to understand. Is Rich Dad Poor Dad Worth Reading? âRich Dad Poor Dadâ is a personal finance book that has been widely popular since its publication in 1997. Some people find âRich Dad Poor Dadâ worth reading because of it The book encourages readers to learn about money management, investing, and wealth-building. It advocates for self-education and financial intelligence. Kiyosaki questions traditional ideas about money, such as the belief that a high income guarantees wealth or that homeownership is always a sound investment. The book encourages readers to become business owners and investors, emphasizing the benefits of building passive income streams and reducing dependence on a salary. However, Some readers feel that the book is too simplistic or repetitive and doesnât provide enough actionable advice or specific strategies for wealth building. It may be worth your time if youâre interested in a book that offers a different perspective on personal finance and encourages self-education. This can be a good book for students because it introduces concepts and ideas about personal finance, investing, and wealth-building that are not covered in traditional education. Personal Review Robert gives specific examples of his life and demonstrates his examples to help him create wealth. So itâs not like heâs telling you what to do and pulling it out of thin air. Heâll talk about how he has used a specific strategy or a certain mindset to go then and earn himself more money. So itâs quite a valuable book in that regard. This book allows new people to finance someone interested in starting their own business or buying real estate or people who want to learn about cash flow. Personal rating This book can apply to anyone. Anyone can read and understand it from cover to cover, which is powerful with finance books. So if you havenât even read personal finance or an investing book before, start with this one. Itâs because it will get your mind in the right space. Itâll get you thinking about the right things so that when you read books on specific stock market strategies or real estate investing strategies, your mind will already be thinking about all the right things. Learn more Top 10 Lessons From Rich Dad Poor Dad Download pdf collection About Author Robert KiyosakiRich Dad Poor Dad Book SummaryBook SpecificationRich Dad Poor Dad ReviewChapter 1 The rich donât work for moneyChapter 2 Why teach financial literacy?Chapter 3 Mind your own businessChapter 4 The History of Taxes and the Power of CorporationsChapter 5 The rich invent moneyChapter 6 Work to learn, donât work for moneyConsProsIs Rich Dad Poor Dad Worth Reading?Personal Review
BOOK REVIEW] Rich Dad, Poor Dad by Robert T. Kiyosaki Get link; Facebook; Twitter; Pinterest; Email; Other Apps - February 20, 2020 Judul : Rich Dad, Poor Dad. No. ISBN : -5. Buku Rich Dad, Poor Dad yang kubaca merupakan buku edisi cetakan kedelapan belas yang terbit pada Maret 2005. Buku tersebut kupinjam dari ayahku
Judul Rich Dad, Poor Dad - Apa yang Diajarkan Orang Kaya kepada Anak-anak Mereka Tentang Uang - yang Tidak Diajarkan oleh Orang Miskin dan Kelas Menengah! Penulis Robert T. Kiyosaki Bahasa Asli American English Alih Bahasa J. Dwi Helly Purnomo Penyelaras isi Fajarianto Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Percetakan PT Centro Inti Media, Jakarta Lisensi Rich Dad Operating Company, LLC. Edisi Indonesia Revisi Cetakan ke- 50 ISBN 978-602-03-3317-5 Resensator Bintang Mahayana Tahun resensi 2019 TENTANG PENULIS Robert Kiyosaki, yang paling dikenal sebagai penulis Rich Dad Poor Dad - buku pengelolaan keuangan nomor satu sepanjang masa - telah menantang dan mengubah cara pikir puluhan juta orang di seluruh dunia tentang uang. Dia adalah seorang keturunan Jepang yang berkebangsaan Amerika Serikat. Dia seorang wirausaha, pendidik, dan investor yang yakin bahwa dunia membutuhkan lebih banyak pengusaha yang akan menciptakan lapangan pekerjaan. Dengan perspektif terhadap uang dan investasi yang kerap berseberangan dengan pemahaman konvensional, Robert mendapat reputasi internasional atas sikapnya yang bicara lantang dan berani tanpa bertele-tele. Robert dan Kim Kiyosaki - istrinya, adalah pendiri The Rich Dad Company, perusahaan pendidikan keuangan serta pencipta permainan CASHFLOW. Pada 2014, perusahaan itu semakin meningkatkan kesuksesan global dari permainan Rich Dad dalam peluncuran terobosan mobile dan online gaming baru. BAGIAN-BAGIAN BUKU Secara garis besar, buku ini dibagi menjadi 3 bagian utama, yaitu Pendahuluan, Isi, dan Penutup Cashflow Quadrant. Pada bagian awal buku, penulis lebih banyak membawa pembaca dalam gaya penulisan naratif di mana penulis mengajak pembaca untuk kembali ke masa lampau saat penulis berusia sembilan tahun. Pendahuluan Ayah Kaya, Ayah Miskin Analogi perbandingan dua karakter ayah dengan menyebut "Ayah Kaya" dan "Ayah Miskin" merupakan diksi yang cukup berani. Penulis menggambarkan dua sosok "ayahnya" yang mana Ayah Kaya merupakan ayah sahabatnya, Mike sedangkan Ayah Miskin adalah ayah kandungnya sendiri. Penulis berusaha membandingkan pola pikir keduanya. Sebagaimana yang dituliskan dalam buku tersebut "Bukannya semata menerima yang satu atau menolak yang lain, saya mendapati diri berpikir lebih jauh, membandingkan, lalu memilih untuk diri saya sendiri." Penggunaan kata "kaya" dan "miskin" sejujurnya tidak seharfiah kelihatannya karena pada kalimat selanjutnya penulis mengatakan " Masalahnya Ayah Kaya belum sungguh-sungguh kaya dan Ayah Miskin tidak sungguh-sungguh miskin. Keduanya baru merintis karir dan keduanya mengalami pergulatan dalam hal uang dan keluarga. Namun mereka memiliki pandangan yang sangat berbeda tentang uang." Kunci memahami bagian ini adalah pada kalimat terakhir pada kutipan tersebut yaitu mereka memiliki pandangan yang sangat berbeda tentang uang. Bahwa penulis berusaha membandingkan bagaimana cara Ayah Kaya dan Ayah Miskin masing-masing memandang uang. Perspektif tentang uang itulah yang menjadi pembeda dasar dan utama bagi keduanya. ISI Bab Satu Pelajaran Satu Orang Kaya Tidak Bekerja Untuk Uang Orang miskin dan kelas menengah bekerja untuk uang. Orang kaya membuat uang bekerja bagi mereka. Kutipan pada awal Bab ini cukup kontroversial. Kalimat tersebut apabila ditelan mentah-mentah akan sangat mungkin menghadirkan perspektif yang rancu antara "uang itu tidak penting" atau "menjadi orang kaya yang tamak". Namun, penulis mengemas dalam alur naratif sederhana. Mengisahkan dua anak umur sembilan tahun yang ingin tahu bagaimana caranya menghasilkan uang. Mereka ingin menjadi kaya karena mereka dianggap miskin oleh teman-temannya di sekolah. Kepolosan mereka membuat mereka berpikir bahwa menghasilkan uang sama dengan mencetak uang sendiri. Secara logika memang tidak salah. Namun, secara hukum tindakan tersebut ilegal. Pada bagian ini, penulis menyelipkan sensasi humor ringan bagi pembaca yang mudah dipahami. Namun, nilai membangun kemitraan yang beliau analogikan dengan kerja sama dua anak sembilan tahun yang menyebut dirinya "partner bisnis" merupakan bagian yang sarat akan pesan bermakna, bahwa relasi itu penting. Penulis juga menceritakan bagaimana Ayah Kaya berusaha mengajarkan dia dan sahabatnya tentang uang dengan caranya. Alur cerita yang sulit ditebak dan membuat siapa saja yang penasaran akan melanjutkan membaca untuk mengetahui apa yang selanjutnya dilakukan Ayah Kaya dalam mendidik dia dan Mike tentang uang. Namun, bagi mereka yang sedari awal menganggap narasi tersebut seperti bualan belaka, akan berhenti membaca sampai di sini. Bagian yang cukup menggelitik di sini adalah ketika mereka berdua bekerja pada Ayah Kaya yang awalnya hanya dibayar sepuluh sen per jam, justru tidak dibayar sama sekali. Robert yang saat itu berusia 9 tahun menjadi sangat marag pada Ayah Kaya karena dia merasa seharusnya Ayah Kaya menaikkan upah mereka berdua. Hingga pada suatu ketika jawaban Ayah Kaya memberi pelajaran berharga bagi Robert. Kebanyakan orang tidak mempelajari hal ini. Mereka bekerja, menerima gaji, membayar pengeluaran, itu saja. Lalu mereka bertanya-tanya kenapa mereka mempunyai masalah keuangan. Mereka mengira uang yang lebih banyak akan memecahkan masalah, dan tidak menyadari bahwa kurangnya pendidikan keuangan merekalah yang jadi masalah. Kutipan Bab 1 di atas cukup menyentil banyak orang karena pada kenyataannya, hal tersebut adalah hal umum yang nyaris dilakukan oleh kebanyakan orang. Pada bagian yang menyoroti bahwa "Orang Kaya Tidak Bekerja untuk Uang," sesungguhnya pesan yang ingin penulis sampaikan adalah bagaimana mental Orang Kaya menggunakan pikiran mereka untuk mensugesti diri. Dibuktikan dengan pembandingan dua pola pikir yang berbeda antara Ayah Kaya dan Ayah Miskin. Alih-alih mengatakan "Saya tidak mampu membelinya" sebagaimana yang dikatakan oleh Orang Miskin, Orang Kaya akan bertanya "Bagaimana agar saya dapat membelinya?". Semata bukan karena kita harus membeli apa yang kita inginkan. Namun, membuat pikiran kita bekerja dan tidak berhenti sampai di situ. Orang Kaya tidak bekerja untuk uang, tetapi mereka benar-benar "menghasilkan uang". Bab Dua Pelajaran Dua Mengapa Mengajarkan Melek Keuangan? Pada bab ini, penulis mengajak pembaca untuk mendalami apa sesungguhnya melek keuangan dan mengapa pengetahuan ini penting. Mengajak pembaca melihat pentingnya melihat kondisi keuangan dalam jangka panjang. Pada halaman ke-51 beliau menuliskan kebanyakan orang tidak bisa menyadari bahwa yang penting dalam hidup ini bukanlah berapa banyak uang yang dihasilkannya. Yang penting adalah berapa banyak uang yang disimpan. Lalu pada akhir bab ditambahkan ....pada jangka panjang bukan berapa banyak yang mereka hasilkan yang penting. Yang penting adalah berapa banyak yang mereka simpan, dan untuk berapa generasi. Untuk itu, pada bagian selanjutnya dalam bab ini, penulis mengajak pembaca untuk melek terhadap perbedaan aset dan liabilitas. Orang kaya membangun aset. Orang miskin dan kelas menengah membangun liabilitas, tapi mereka mengira itu aset. Pada kutipan di atas, lagi-lagi penulis menantang pemahaman konvensional perihal âasetâ dan âliabilitasâ. Penulis menerangkan berbagai macam studi kasus untuk membuktikan mengapa kebanyakan orang menganggap liabilitas sebagai aset. Studi kasus ini pun diterangkan secara sederhana melalui simulasi kehidupan sehari-hari serta diagram arus kas cashflow yang membedakan arus kas orang kaya dan arus kas orang miskin dan kelas menengah. Secara sederhana, penulis menggambarkan bahwa orang kaya yang terus membangun kolom aset akan menambah pemasukan terhadap kolom penghasilan mereka. Sedangkan orang miskin dan kelas menengah yang membangun liabilitas yang mereka kira aset, sesungguhnya hanya akan terus keluar melalui kolom pengeluaran mereka saja. Pada halaman 65, penulis menuliskan uang yang lebih banyak jarang bisa menyelesaikan masalah keuangan seseorang. Kecerdasanlah yang memecahkan masalah. Di sini penulis mencoba menggali alasan logis mengapa melek keuangan itu penting. Karena, kecerdasan keuangan lah yang akan sangat memengaruhi pertimbangan kita dalam menentukan arus kas. Sebagaimana yang diilustrasikan dalam diagram, hal ini menjadi perbedaan mendasar antara orang kaya dan orang miskin dan kelas menengah. Salah satu contoh menarik dalam kehidupan sehari-hari yang beliau angkat, yaitu âBanyak masalah keuangan yang besar disebabkan oleh orang berusaha mengimbangi tetangganya. Kadang kita semua perlu bercermin dan bersikap jujur pada kebijaksanaan batin kita ketimbang pada rasa takut kita.â Bagi kebanyakan orang, kalimat ini cenderung ofensif karena sejujurnya itu adalah fakta, kebenaran yang tidak perlu dibuktikan lagi. Penulis menyampaikan gagasan ini lagi-lagi dengan narasi untuk mendukung gagasan beliau bahwa uang punya cara untuk membuat setiap keputusan bersifat emosional. Bab Tiga Pelajaran Tiga Uruslah Bisnis Anda Sendiri Bab ini bukan lagi menyentil realita kebanyakan orang, tetapi benar-benar menyerang pada bagian judul "Uruslah Bisnis Anda Sendiri." Penulis menyebutkan bahwa pergumuln keuangan seringkali merupakan hasil langsung dari orang yang seumur hidup bekerja untuk orang lain. Banyak orang yang tidak memiliki apa pun pada hari akhir kerja mereka sebagai hasil usaha mereka. Kalimat tersebut tentu terkesan judgemental bagi orang yang merasa dialah subjek yang dibicarakan serta orang yang hanya berhenti membaca sampai pada kalimat itu tanpa menganalisa lebih jauh. Padahal, intinya penulis ingin menyampaikan poin-poin penting berikutnya, yaitu bahwa bila kita terus bekerja pada orang lain maka fokus kita adalah upah dan kolom penghasilan seperti yang diuraikan pada bab sebelumnya. Orang kaya berfokus pada kolom aset, sementara orang lain berfokus pada laporan penghasilan. Pada kalimat banyak orang yang tidak memiliki apa pun pada hari akhir kerja mereka sebagai hasil usaha mereka, sesungguhnya penulis ingin merujuk pada poin bahwa kita sebaiknya membangun aset bagi kita dan anak-anak kita nanti. Dengan kata lain, bila kita hanya bekerja pada orang lain, maka tidak ada yang bisa kita wariskan bagi anak-anak kita nanti sebagai "hasil usaha". Oleh karena itu penulis menyebutkan Dalam dunia saya, aset riil terbagi menjadi beberapa katagori yang berbeda 1. Bisnis yang tidak menuntut kehadiran saya. Saya memilikinya, tapi bisnis itu dikelola atau dijalankan oleh orang lain. Jika saya harus bekerja di sana, itu bukan bisnis. Itu menjadi pekerjaan saya. 2. Saham 3. Obligasi 4. Real estat yang mendatangkan penghasilan 5. Surat utang 6. Royalti dari properti intelektual seperti musik, naskah, dan paten. 7. Segala sesuatu yang memiliki nilai, mendatangkan penghasilan atau pertambahan nilai, serta mempunyai pasar yang siap. Pada akhir bab ini, penulis pun memberikan gambaran bahwa menjalankan bisnis bukan berarti menjatuhkan diri sepenuhnya pada risiko. Sebagaimana yang tertulis dalam kutipan Ayah Kaya Saya tetap bekerja, tapi masih mengurusi bisnis saya. Selain itu, penulis juga memberikan narasi lugas mengenai bagaimana caranya mendapatkan mobil dengan memanfaatkan kecerdasan keuangan, yaitu dengan menggunakan uang ekstra dari apartemen yang mereka sewakan. Bukan dengan kredit seperti yang kebanyakan orang lain lakukan. Bagian akhir ini sesungguhnya merupakan boomerang terhadap anggapan yang menentang pernyataan bahwa orang kaya fokus pada kolom aset dan bukan pada liabilitas. Bagi penulis, mobil tersebut bukanlah aset, melainkan liabilitas karena kepemilikannya akan menambah arus kas pada kolom pengeluaran. Namun, penulis menyiasati cara mendapatkannya lewat aset. Inilah yang penulis sebut "membuat uang bekerja untuk kita". Bab Empat Pelajaran Empat Sejarah Pajak dan Kekuatan Korporasi Bab ini menghadirkan analogi yang lebih dalam lagi yaitu membandingkan antara birokrat pemerintah dengan kapitalis. Pengangkatan sisi kehidupan ekonomi masyarakat yang cukup berani sekaligus sensitif. Sesuai judulnya, bab ini menjelaskan mengenai arus pajak. Tentang bagaimana orang kaya mengakali kaum intelektual. Pada halaman 93 dituliskan setelah pajak yang 'mengambil dari orang kaya' disahkan, kas mulai mengalir ke brankas pemerintah. Awalnya rakyat senang. Uang dibagikan ke pegawai pemerintah dan orang kaya. Uang itu diterima pegawai pemerintah dalam bentuk pekerjaan dan uang pensiun, serta diterima orang kaya lewat pabrik-pabrik mereka yang menerima kontrak pemerintah. Kalimat tersebut bisa diartikan dengan kata lain pegawai pemerintah hidup dari kekayaan orang kaya. Sedangkan orang kaya akan semakin kaya. Sehingga, seolah memiliki unsur sinisme di dalamnya. Pada halaman 96, penulis menuliskan jika uang bekerja untuk Anda, Anda yang memegang dan mengendalikan uang itu. Lalu, dihadirkan istilah menarik perihal "berusaha mendaki tangga korporasi" yang kemudian dijelaskan pada kalimat setelahnya ....dengan hanya bersandar pada gaji dari perusahaan, saya akan menjadi sapi jinak yang siap diperah. Kutipan-kutipan berbentuk kalimat kiasan tersebut mengandung unsur persuasif secara tersirat apabila dikorelasikan satu sama lain. Apabila diberikan parentheses atau tanda kurung maka, akan jadi seperti ini Jika uang di kolom aset bekerja untuk Anda menghasilkan sesuatu, Anda yang memegang dan mengendalikan uang itu mengurus bisnis Anda sendiri. Apabila hanya dengan hanya bersandar pada gaji dari perusahaan gaji sebagai satu-satunya sumber penghasilan, saya akan menjadi sapi jinak yang siap diperah menjadi buruh dan terus memperkaya perusahaan. Dengan kata lain, penulis berusaha membandingkan dua kondisi tersebut, satu memiliki kolom aset yang siap menambah arus kas ke kolom penghasilan dan menghasilkan sesuatu, satu lagi hanya memiliki gaji pada kolom penghasilan maka, Anda akan terus bekerja untuk orang lain dan tidak mengurus bisnis Anda sendiri. Jelas diterangkan pada halaman 98, penulis membeberkan prinsip keuangannya serta mengedukasi pembaca mengenai hasil dari IQ keuangan yang dia peroleh. Uang saya bekerja keras untuk menghasilkan lebih banyak lagi uang. Setiap dolar di kolom aset saya adalah karyawan yang hebat, bekerja keras untuk menciptakan lebih banyak karyawan dan membelikan atasannya sebuah mobil Porsche baru dengan uang yang belum dikenai pajak. Paragraf tersebut menunjukan bukti bahwa kecerdasan keuangan penulis membawanya menuju kebebasan keuangan. Kemudian, penulis menerangkan elemen-elemen yang membentuk IQ keuangan tersebut, yaitu Akuntansi, Investasi, Memahami pasar, dan Hukum. Bab Lima Pelajaran Lima Orang Kaya Menciptakan Uang Seringkali di dunia nyata, bukan orang yang pintar yang unggul, tapi orang yang berani Awal bab ini dibuka dengan narasi pengalaman penulis menonton siaran TV tentang kisah Alexander Graham Bell ketika ia berusaha mematenkan penemuan besar terbarunya yaitu telepon. Kemudian, dihadirkan narasi kontradiktif yang mengikuti pada paragraf selanjutnya mengenai berita perampingan suatu perusahaan yang mengundang kemarahan para pekerja hingga ilustrasi detail bagaimana kemarahan itu ditunjukkan di depan kamera. Paragraf naratif perbandingan ini begitu kontradiktif yang pada intinya ingin menunjukkan sisi keberanian dan kegigihan Alexander Graham Bell ketika mendatangi perusahaan raksasa, Western Union yang berakhir dengan cemoohan dan kemarahan seorang manager berusia 45 tahun yang hadir membawa istri dan dua bayinya ke pabrik, memohon kepada petugas keamanan agar diizinkan bicara dengan pemilik agar mempertimbangkan kembali pemecatannya. Dapat disimpulkan, paragraf ini menunjukkan gagasan penulis selaras dengan kutipan pada awal bab ini dengan menunjukkan keberanian Alexander Graham Bell hingga ia mencetak sejarah mendirikan industri bernilai miliaran dollar, AT&T yang kontradiktif dengan ketakutan seorang manager akan kehilangan pekerjaannya. Oleh karena itu, pada halaman 104, penulis menuliskan kutipan yang menjelaskan kondisi tersebut. Kita semua dianugerahi potensi yang luar biasa, dan kita semua dianugerahi karunia. Namun, satu hal yang menahan kita semua adalah keraguan diri pada tahap tertentu. Bukan kurangnya informasi teknis yang menahan kita, tapi lebih pada kurangnya keyakinan diri. Sebagian orang lebih terpengaruh daripada yang lain. Pengangkatan gagasan pada bab ini terkesan utopia bagi orang yang belum siap menerima gagasan untuk menjadi âberani.â Padahal pada bagian selanjutnya di halaman 109, penulis menerangkan bahwa âOrang kaya seringkali bersikap kreatif dan mengambil resiko yang sudah diperhitungkan.â Uniknya, gagasan ini dikaitkan lagi dengan âOrang miskin dan kelas menengah bekerja untuk uang sedangkan orang kaya membuat uang bekerja untuk mereka.â Gagasan Orang Kaya adalah orang yang âmenciptakan uangâ, mengantar pada gagasan âuang tidaklah riil.â Semakin riil, uang itu menurut kalian, semakin keras kalian akan bekerja untuknya. Jika kalian bisa menangkap gagasan bahwa uang itu tidak riil, kalian akan lebih cepat menjadi kaya. Gagasan ini, jika hanya ditelaah satu sisi secara langsung tentu akan menghasilkan penolakkan dari pembaca. Padahal, maksud dari uang itu tidaklah riil adalah uang semata hanya alat tukar Sehingga, jika kita kembali ke beberapa bab sebelumnya, kita bisa telaah bagaimana keterbatasan uang mampu menjadikan seseorang menjadi kreatif dan menggunakan pikiran mereka untuk membuat uang tersebut âbekerjaâ untuk mereka. Satu-satunya aset paling kuat yang kita miliki adalah pikiran kita. Jika dilatih dengan baik, pikiran bisa menciptakan kekayaan yang luar biasa dalam waktu yang kelihatannya singkat. Pikiran yang tidak terlatih juga bisa menciptakan kemiskinan yang ekstrem, yang bisa menghancurkan keluarga selama bergenerasi-generasi. Gagasan yang cukup masuk akal mengenai IQ keuangan di atas. Dengan berbagai ilustrasi yang mengikutinya dan penulis sebut sebagai contoh. Penulis bersikap cukup demokratis terhadap pembaca dengan menuliskan saya tidak merekomendasikan apa yang saya lakukan. Contoh hanyalah contoh. Di satu sisi, kalimat ini menunjukkan keterbukaan penulis bahwa pembaca dapat menentukan sikap mereka sendiri dalam memahami dan menyimpulkan tulisan yang mereka baca. Namun, di sisi yang lain kalimat ini sangat mampu menguatkan gagasan sebagian pembaca bahwa apa yang penulis uraikan sejak awal tak lain adalah segenap cerita keberuntungan personal yang belum tentu bisa dialami oleh siapa saja. Hanya sebagian yang lain yang masih ingin melanjutkan membaca karena memaknai kalimat-kalimat penulis sebelumnya mengenai âhidup memberikan kita peluang setiap harinyaâ atau âsatu-satunya aset paling kuat yang kita miliki adalah pikiran kitaâ. Peluang besar tidak dilihat dengan mata Anda. Peluang besar dilihat dengan pikiran Anda. Bab Enam Pelajaran Enam Bekerja untuk Belajar - Jangan Bekerja untuk Uang Pekerjaan yang terjamin adalah segalanya bagi ayah saya yang terdidik. Belajar adalah segalanya bagi Ayah Kaya Dimulai dari bab ini, penulis terkesan mulai menyentuh sisi sosial dan psikologis pembaca. Dengan memilih judul bab âBekerja untuk Belajar - Jangan Bekerja untuk Uangâ sesungguhnya terdapat pesan mendalam di baliknya yang ingin penulis sampaikan. Gagasan ini disampaikan dengan lugasnya pada halaman 133. Lagi-lagi dengan metode perbandingan yang cukup kontradiktif. Pada paragraf ke-2, penulis menuliskan di sekolah dan tempat kerja, gagasan tentang spesialisasi adalah hal yang populer untuk menghasilkan lebih banyak uang atau dipromosikan. Sedangkan kontradiksi dari kalimat tersebut disampaikan pada paragraf ke-4 yaitu Ayah Kaya mendorong saya untuk melakukan tepat kebalikannya. âKau ingin tahu sedikit tentang banyak halâ adalah sarannya. Itu sebabnya selama bertahun-tahun saya bekerja di bidang-bidang berbeda di perusahaannya. Selama beberapa lama saya bekerja di bagian akuntansi. Meskipun mungkin saya tidak akan pernah menjadi akuntan, dia ingin saya belajar secara osmosis. Ayah Kaya tahu saya akan mengambil jargon dan pemahaman tentang apa yang penting dan apa yang tidak penting. Analogi yang menarik untuk menggambarkan gagasan tersebut adalah kisah tentang kesuksesan McDonaldâs dengan menjual hamburger. âJadi, kalau kebanyakan dari kalian bisa membuat hamburger yang lebih enak, bagaimana bisa McDonaldâs menghasilkan uang lebih banyak daripada kalian?â Kemudian pada paragraf selanjutnya penulis menjawab pertanyaannya sendiri, yaitu....McDonaldâs sangat hebat dalam sistem bisnis. Alasan kenapa begitu banyak orang berbakat itu miskin adalah karena mereka memfokuskan diri membangun hamburger yang lebih enak dan hanya tahu sedikit atau sama sekali tidak tahu tentang sistem bisnis. Kemudian, penulis menambahkan analogi berikutnya dengan menceritakan saat penulis bertemu dengan mantan guru sekolah yang menghasilkan ratusan ribu dolar per tahun. Penulis menceritakan bahwa mereka memiliki penghasilan sebesar itu karena memilliki keterampilan yang terspesialisasi di bidang mereka dan bidang lain. Inilah sesungguhnya inti dari gagasan âBekerja untuk Belajarâ yang ingin disampaikan oleh penulis. Bekerja untuk belajar bukan berarti tidak mementingkan uang sama sekali. Namun, bagaimana kita memaksimalkan pikiran kita mempelajari sedikit tentang banyak hal. Sehingga, kita mampu menghasilkan lebih banyak uang dan sekali lagi membuat uang bekerja untuk kita. Bab Tujuh Mengatasi Berbagai Hambatan Pekerjaan yang terjamin adalah segalanya bagi ayah saya yang terdidik. Belajar adalah segalanya bagi Ayah Kaya Dimulai dari bab ini, penulis terkesan mulai menyentuh sisi sosial dan psikologis pembaca. Dengan memilih judul bab âBekerja untuk Belajar - Jangan Bekerja untuk Uangâ sesungguhnya terdapat pesan mendalam di baliknya yang ingin penulis sampaikan. Gagasan ini disampaikan dengan lugasnya pada halaman 133. Lagi-lagi dengan metode perbandingan yang cukup kontradiktif. Pada paragraf ke-2, penulis menuliskan di sekolah dan tempat kerja, gagasan tentang spesialisasi adalah hal yang populer untuk menghasilkan lebih banyak uang atau dipromosikan. Sedangkan kontradiksi dari kalimat tersebut disampaikan pada paragraf ke-4 yaitu Ayah Kaya mendorong saya untuk melakukan tepat kebalikannya. âKau ingin tahu sedikit tentang banyak halâ adalah sarannya. Itu sebabnya selama bertahun-tahun saya bekerja di bidang-bidang berbeda di perusahaannya. Selama beberapa lama saya bekerja di bagian akuntansi. Meskipun mungkin saya tidak akan pernah menjadi akuntan, dia ingin saya belajar secara osmosis. Ayah Kaya tahu saya akan mengambil jargon dan pemahaman tentang apa yang penting dan apa yang tidak penting. Analogi yang menarik untuk menggambarkan gagasan tersebut adalah kisah tentang kesuksesan McDonaldâs dengan menjual hamburger. âJadi, kalau kebanyakan dari kalian bisa membuat hamburger yang lebih enak, bagaimana bisa McDonaldâs menghasilkan uang lebih banyak daripada kalian?â Kemudian pada paragraf selanjutnya penulis menjawab pertanyaannya sendiri, yaitu....McDonaldâs sangat hebat dalam sistem bisnis. Alasan kenapa begitu banyak orang berbakat itu miskin adalah karena mereka memfokuskan diri membangun hamburger yang lebih enak dan hanya tahu sedikit atau sama sekali tidak tahu tentang sistem bisnis. Kemudian, penulis menambahkan analogi berikutnya dengan menceritakan saat penulis bertemu dengan mantan guru sekolah yang menghasilkan ratusan ribu dolar per tahun. Penulis menceritakan bahwa mereka memiliki penghasilan sebesar itu karena memilliki keterampilan yang terspesialisasi di bidang mereka dan bidang lain. Inilah sesungguhnya inti dari gagasan âBekerja untuk Belajarâ yang ingin disampaikan oleh penulis. Bekerja untuk belajar bukan berarti tidak mementingkan uang sama sekali. Namun, bagaimana kita memaksimalkan pikiran kita mempelajari sedikit tentang banyak hal. Sehingga, kita mampu menghasilkan lebih banyak uang dan sekali lagi membuat uang bekerja untuk kita. Bab Delapan Memulai Pada bab ini, menarik dengan memilih judul yang singkat dan seolah menjawab segala keraguan yang dipikirkan oleh pembaca sejak pertama kali memutuskan untuk membaca buku ini, âMemulai.â Penulis sepenuhnya sadar bahwa seringkali ia ditanya âBagaimana saya harus memulai?â dan bahasa yang dipilih untuk jawaban itu adalah saya menawarkan proses pemikiran yang saya jalani dari hari ke hari. Walaupun secara garis besar buku ini tampak tampil dengan persuasif yang tajam, selalu disipkan kalimat yang seolah menunjukkan keterbukaan dengan memberikan opsi bagi pembaca untuk menentukan pilihan mereka sendiri. Seehingga, kata âmenawarkanâ lah yang dipilih bukan âmenjelaskanâ atau âmenjawabâ yang terkesan menggurui. Kemudian, inilah sepuluh langkah yang penulis tawarkan sembari menyentuh sisi spiritual pembaca agar mampu menjadi jembatan koneksi personal antara penulis dan pembaca dengan menuliskan sebagai berikut. Saya menawarkan sepuluh langkah berikut sebagai proses untuk mengembangkan kekuatan yang diberikan Tuhan itu, kekuatan yang hanya bisa dikendalikan oleh Anda. 1. Temukan alasan yang lebih besar daripada kenyataan kekuatan semangat 2. Buat pilihan setiap hari kekuatan pilihan 3. Memilih teman dengan cermat kekuatan pertemanan 4. Kuasailah sebuah formula, lalu pelajari sebuah formula baru kekuatan belajar dengan cepat 5. Bayar diri Anda terlebih dahulu kekuatan disiplin diri 6. Bayarlah broker Anda dengan baik kekuatan saran yang baik 7. Jadilah seorang pemberi Indian kekuatan memperoleh sesuatu secara gratis 8. Menggunakan aset untuk membeli kemewahan kekuatan fokus 9. Kebutuhan akan pahlawan kekuatan mitos 10. Mengajarlah maka kau akan menerima kekuatan memberi PENUTUP Pemikiran Akhir Dibuka dengan kalimat âSaya ingin berbagi pemikiran terakhir dengan Andaâ menjadikan bagian penutup buku ini seolah salam perpisahan dari penulis kepada pembaca yang telah membaca sampai pada bagian ini. Namun, uniknya bagian penutup justru membawa kembali pada alasan buku ini hadir. Alasan utama saya menulis buku ini, dan alasan buku ini tetap menjadi buku laris sejak 2000, adalah untuk berbagi wawasan tentang bagaimana pertumbuhan kecerdasan keuangan bisa digunakan untuk memecahkan banyak masalah kehidupan yang umum. Dengan sisipan konten marketing di mana disebutkan mengenai permainan CASHFLOW sebagai salah materi kontradiktif dengan menyebutkan permainan yang kami ciptakan memiliki arti penting karena mengajarkan apa yang tidak diajarkan oleh buku. Kontradiktif di sini maksudnya adalah gagasan bahwa sejujurnya buku ini hanya sebagai pengantar tentang pengetahuan mengenai kecerdasan keuangan dan kegiatan belajar yang sesungguhnya adalah melalui permainan tersebut. Namun, bagian akhir dari bab ini dituliskan dengan cara yang menyentuh sisi personal pembaca. Anda dan masa depan anak-anak Anda ditentukan oleh pilihan yang Anda buat sekarangbukan besok. Saya mengharapkan kemakmuran dan kebahagiaan bagi Anda, dalam anugerah menakjubkan yang disebut kehidupan ini. - Robert Kiyosaki REKOMENDASI Kesan keseluruhan terhadap buku ini adalah buku yang cukup berani membawa pikiran publik pembaca untuk menjadi Outliers - orang-orang yang berani keluar dari kebiasaan atau pandangan masyarakat konvensional. Sebuah karya non-fiksi yang dikemas dalam alur fiksi namun tidak fiktif, sehingga setiap bagiannya mampu menyentuh sisi personal yang mampu menghadirkan koneksi personal antara penulis dan pembaca. Namun, pengulangan berupa penekanan kebebasan pembaca untuk melanjutkan membaca atau tidak, seperti dua sisi koin. Satu sisi menunjukkan sikap demokratis penulis terhadap tanggapan dan pemikiran pembaca serta kepercayaan diri penulis bahwa pembaca justru akan semakin haus untuk mengetahui apa yang tertulis pada lembar-lembar selanjutnya sedangkan satu sisi lainnya seolah menunjukkan ketidakpercayaan penulis bahwa hingga pada tahap akhir pun masih ada pembaca yang tidak berminat melanjutkan untuk membaca. Lalu, apakah buku ini merupakan bacaan yang layak direkomendasikan? Jawabannya Ya dengan syarat, Anda sudah siap menghadapi pemikiran yang ekstrem, keluar dari konvensional, dan berani mengambil risiko. Jika Anda memilih untuk bermain aman, buku ini hanya akan menyakiti perasaan Anda dengan fakta-fakta yang dibeberkannya.
Inthe 20th Anniversary Edition of this classic, Robert offers an update on what we've seen over the past 20 years related to money, investing, and the global economy. Sidebars throughout the book will take readers "fast forward" â from 1997 to today â as Robert assesses how the principles taught by his rich dad have stood the test of
ï»żSedikitreview tentang kedua buku tersebut yaitu dalam buku "Rich Dad Poor Dad" Robert Keyosaki menceritakan tentang 2 ayah nya, ayah yang pertama yaitu ayah yang kaya yang berprofesi sebagai seorang pengusaha dan ayah yang kedua yaitu ayah yang miskin yang berprofesi sebagai seorang guru/pengajar. kedua ayahnya memang berbeda prinsip dalam
. gwk9s4y956.pages.dev/1gwk9s4y956.pages.dev/101gwk9s4y956.pages.dev/200gwk9s4y956.pages.dev/385gwk9s4y956.pages.dev/108gwk9s4y956.pages.dev/478gwk9s4y956.pages.dev/492gwk9s4y956.pages.dev/448
review buku rich dad poor dad